Rabu, 02 Mei 2018

Bukti-Bukti Keterlibatan PKI Dalam Peristiwa G30S Tahun 1965.

Sejak tahun 1998 telah terjadi kekerasan budaya melalui serangkaian propaganda menggunakan film, maupun media cetak yang mencoba menghilangkan nama PKI dari keterlibatan mereka dalam peristiwa G30S. Kata para pelaku kekerasan budaya itu PKI tidak pernah memberontak, PKI hanya dikorbankan dan PKI tidak tahu menahu perihal G30S. Lalu Benarkah pernyataan itu ? Pernyataan tersebut jelas bertentangan dengan fakta dan bukti serta kesaksian para pelaku sejarah waku itu.
Berikut adalah bukti-bukti keterlibatan PKI dalam peristiwa G30S.
1. DN Aidit sudah berada di Halim selama berlangsungnya peristiwa G30S dan melarikan diri menggunakan pesawat yang dipinjamkan Omar Dhani menjelang RPKAD menyerang Halim dan saat itu Divisi Brawijaya dan Diponegoro sudah berhasil ditarik kembali ke Kostrad. Bila memang DN Aidit tidak bersalah kenapa harus melarikan diri?
2. Organisasi sayap bawahan PKI yaitu Pemuda Rakyat dan Gerwani ikut menculik para jenderal dan menjaga RRI dengan menggunakan senjata Chung, hadiah Partai Komunis China kepada PKI yang disimpan di AURI. Keikut sertaan Pemuda Rakyat dan Gerwani juga sesuai dengan kesaksian keluarga para Jenderal yang terbunuh waktu itu serta kesaksian agen Polisi Sukitman yang menyaksikan Pemuda Rakyat dan Gerwani di lokasi pembantaian para Jenderal. Agen Polisi Sukitman juga menyatakan bila terdengar nyanyian khas PKI yang diikuti dengan tarian-tarian dan teriakan untuk membunuh para Jenderal.
3. Pada tanggal 6 Oktober 1965, Soekarno sendiri memarahi Njoto karena keblingernya PKI sehingga memulai G30S. Kemarahan Soekarno kepada Njoto justru membuktikan bila PKI memang terlibat dalam peristiwa G30S.
4. Jauh-jauh hari sebelumnya, Lekra sebagai sayap organisasi seniman dan sastrawan bawahan PKI sudah menulis bahwa akan terjadi pembantaian terhadap "Kapitalis Birokrat" pada tahun 1965.
5. Pramoedya Ananta Toer, bandit penjebol Manikebu misalnya, dalam koran Bintang Timur tanggal 9 Mei 1965 menulis naskah "Tahun 1965 Tahun Pembabatan Total, sampai ke akar-akarnya terhadap lawan-lawan PKI".
6. Ketua Committe Central PKI sekaligus anggota Lekra, Anwar Sanusi, pada Harian Rakyat yang terbit pada pagi hari tanggal 1 Oktober 1965 juga menulis tentang "Ibu Pertiwi yang hamil tua dan revolusi sedang dilahirkan saat itu".
7. Sastrawan Lekra, Mawie di Koran Bintang Timur tanggal 21 Maret 1965 juga menulis tentang Sungai Ciliwung akan banjir darah.
8. Harian Kebudayaan Baru pada tanggal 29 September 1965 yang menulis bahwa "setan comot akan dilorot dan setan koruptor akan didor."
9. Dalam surat yang ditujukan kepada Omar Dhani, Brigjend Soepardjo menulis bahwa memang PKI dalang di belakang G30S dan rencana PKI bila gerakan gagal adalah memutus hubungan antara PKI dengan pelaku gerakan, sehingga PKI selamat walaupun antek-anteknya dihukum karena terlibat peristiwa G30S.
10. Semua perwira yang bergabung dalam G30S adalah perwira-perwira hasil binaan Biro Chusus PKI pimpinan DN Aidit dan Sjam.
11. Letkol Untung ketika diinterograsi pasca peristiwa G30S mengakui bahwa selain 60 prajurit pasukan Cakrabirawa yang dipimpinnya,di belakangnya adalah PKI.
12. Berdasarkan kesaksian AM Fatwa yang diperoleh dari keterangan Pono ketika sama-sama berada di LP Cipinang, pernah mengaku bahwa beliau sebelumnya telah mengingatkan kepada kawan Ketua Aidit untuk tidak melanjutkan tindakan tersebut. Namun kawan Ketua Aidit menolah saran dari Pono.

Sebenarnya Soekarno sendiri sudah setuju dengan pembubaran PKI, dia hanya bingung dengan cara membubarkan tanpa merusak nama baiknya yang gigih mengajarkan Nasakom. Setelah mendengar kesediaan Pak Harto untuk menjadi bumper Soekarno, barulah Soekarno melalui kepanjangan tangan Pak Harto bisa membubarkan PKI tanpa beban. Terbukti Soekarno tidak membatalkan keputusan Pak Harto membubarkan PKI dengan memakai Supersemar, dan bahkan menyebut bahwa Pak Harto telah melaksanakan Supersemar dengan baik.

Berdasarkan fakta-fakta sejarah yang disebut di atas maka terbukti bahwa PKI memang terlibat dan berperan aktif dalam peristiwa penculikan dan pembunuhan para Jenderal. Dan pelarangan ajaran dan faham Komunisme dan Marxisme di Indonesia sudah sangat benar. Tindakan MPRS yang menerbitkan TAP MPRS Nomor 25 tahun 1966 sudah sangat tepat.


---00---
---00---

Tidak ada komentar:

Posting Komentar